MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
“MANUSIA DAN
PENDERITAAN”

Disusun
oleh :
ZAKARIANTA
ALFIANDA BERMANA
Kelas
: 1EA08
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
MATA
KULIAH ILMU BUDAYA DASAR
DOSEN
: ARIYANTO SIKOM
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia dan Penderitaan”. Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini ialah untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah
Ilmu Budaya Dasar
Dalam menyelesaikan makalah ini,
saya mendapat bantuan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu sudah selayaknya saya
mengucapkan terimakasih kepada teman – teman yang telah membantu proses
penulisan makalah ini dengan penuh kesabaran dan perhatian.
Saya
berharap semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi
para pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Depok, 10 Oktober 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB
I.. PENDAHULUAN................................................................................
1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan.............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan.............................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN...................................................................................
2
2.1 Pengertian Penderitaan .................................................................... 2
2.2 Pengertian Siksaan ........................................................................... 2
2.3 Sebab – sebab Timbulnya Penderitaan.............................................. 9
2.1 Pengertian Penderitaan .................................................................... 2
2.2 Pengertian Siksaan ........................................................................... 2
2.3 Sebab – sebab Timbulnya Penderitaan.............................................. 9
BAB
III PENUTUP............................................................................................
10
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap manusia yang hidup di
dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu ringan atau berat. Hidup
tidaklah selalu bahagia Tuhan
memiliki caranya sendiri untuk mengukur sebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di duniapun tidak selalu menderita,
sedih, ataupun susah. Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan kesenangan duniawi manusia
akan melupakan batasan-batasan yang ada, sehingga Tuhan akan memberikan cobaan
untuk manusia
tersebut yang membuatnya menderita.
Penderitaan selalu datang tidak terduga, manusia takkan pernah tahu kapan, jam berapa, menit keberapa, dan detik keberapa penderitaan
akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu menjalani hidupnya dengan
sebaik-baiknya dengan aturan yang berlaku sesuai kepercayaan yang dianutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang
dimaksud dengan penderitaan?
2. Apa yang dimaksud dengan siksaan?
3. Apa saja yang menjadi masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis)?
4. Apa penyebab timbulnya Penderitaan manusia?
2. Apa yang dimaksud dengan siksaan?
3. Apa saja yang menjadi masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis)?
4. Apa penyebab timbulnya Penderitaan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah :
1.
Mengetahui lebih jelas tentang penderitaan manusia
2.
Memahami pengertian dari penderitaan
3.
Memahami pengertian dari penderitaan
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penderitaan
Penderitaan adalah bahasa yang
sering kita dengar. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. penderitaan bisa bersifat lahir dan bersifat batin. Setiap
manusia memiliki penderitaan yang berbeda –beda. Manusia dikatakan menderita
apa bila dia memiliki masalah, depresi karena tekanan hidup, dan lain .
Dalam surat Al-Insyiqoq ayat 6
dinyatakan bahwa Manusia ialah makhluk yang hidup nya penuh perjuangan. Ayat
tersebut dapat diartikan bahwa manusia harus bekerja keras untuk kelangsungan
hidup nya yaitu dengan cara menghadapi alam, menghadapi manusia disekelilingnya
dan tidak lupa untuk bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila manusia
melalaikan salah satu nya akibatnya manusia akan menderita.
2.2 Pengertian
Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya.
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada
penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala
tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis,
yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi,
balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu
untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan
dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan.
Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk
mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatupemerintah. Masalah
siksaan jiwa atau rohani (psikis) yang akan diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar,
antara lain :
a.
Kebimbangan
Kebimbangan pasti akan dialami
ketika seseorang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting yang ia tidak dapat
menentukan pilihan yang mana yang akan diambil. Pada kasus banjir di Jakarta,
banyak warga Jakarta mengalami kebimbangan, apakah saat banjir datang mereka
mengungsi atau tetap berada dirumah sambil menunggu air surut, kebimbangan
mereka antara lain disebabkan kecemasan akan aman atau tidaknya harta benda
mereka jika ditinggal mengungsi, karena di Jakarta banyak orang-orang yang
mengambil kesempatan dalam kesempitan dan disatu sisi bahwa jika mereka tetap
tinggal di rumah, mereka juga cemas jika banjir melanda rumah mereka
berhari-hari dan ketersedian bahan makanan akan habis bagaimana dengan
anak-anak mereka. Inilah contoh kebimbangan yang dialami warga Jakarta dan
sekitarnya pada saat banjir melanda Jakarta dan sekitarnya pada beberapa bulan
yang lalu, keadaan ini berpengaruh tidak baik baik orang yang lemah pikirannya,
karena masalah kebimbangan akan lama dialami olehnya sehingga siksaan yang
dirasakan olehnya pun menjadi berkepanjangan. Bagi orang yang kuat berfikir ia
akan cepat mengambil keputusan dengan berdasarkan pertimbangan prioritas,
prioritas pada kasus banjir di Jakarta dan sekitarnya adalah nyawa mereka dan
anak-anak mereka bukan harta benda, karena harta benda dapat dicari / dibeli
kembali tetapi nyawa mereka dan anak-anak mereka tak dapat kembali lagi.
b.
Kesepian
Kesepian dialami seseorang berupa
rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, hal ini akan terus ia rasakan walaupun ia
dalam lingkungan orang ramai.[4] Ini
yang perlu dianalisa pertama kali. Perbedaan antara kesepian dengan
kesendirian. Kesepian itu perasaan sepi. Sendirian itu ketika seseorang dalam
keadaan sendiri. Kesepian bisa berarti seperti “tikus kelaparan di
lumbung padi”. Banyak orang di sekitarnya tetapi tetap merasa sepi.
Sedangkan sendirian dalam keadaan sendiri, tetapi tidak merasa sepi.
Pada kasus tsunami di Aceh pada
Tanggal 26 Desember 2004, banyak orang Aceh yang mengalami kesepian, kesepian
ini dikarenakan banyak orang-orang Aceh ditinggal mati keluarga dan orang yang
mereka sayangi, mereka merasa kesepian bahkan sampai ada yang tak mau hidup
lagi, karena mereka beranggapan hidup mereka tidak beguna lagi tanpa
orang-orang yang mereka sayangi, hari-harinya mereka merasa kesepian walaupun
ditengah orang yang ramai menghibur dirinya.
Seperti juga kebimbangan, kesepian
perlu segera diatasi agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan
batin. Solusi yang kami tawarkan adalah :
1.
Berfikir positif, Yakinlah semua yang telah menimpah manusia adalah berasal
dari ketentuan Allah, ingatlah Allah SWT tidak pernah memberikan ujian yang
melebihi batas kemampuan manusia, berdoa dan kembali lebih mendekatkan diri
kepada Allah akan membuat hati (batin) tidak kesepian, karena Allah akan selalu
bersama manusia dikala senang / bahagian maupun dikala duka / menderita.
2.
Sebagai homo socius, seorang perlu kawan untuk menghilangkan rasa kesepian,
orang itu perlu cepat mencari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi yang
dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami kawan lainnya.
3.
Selain mencari kawan, untuk menghilangkan rasa kesepian, seseorang juga perlu
mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik,
sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam
dirinya.
c.
Ketakutan
Ketakutan (fobia) adalah
kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon
terhadap keadaan eksternal tertentu. Fobia adalah
rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan
orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap
Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan
bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat
fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika
sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi
pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil
seperti kecoak atau tikus. Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut
menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun
menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa
takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia,
hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang
menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan
dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat
pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki
kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan
orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat.
Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis
akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan
cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan
fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan
akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah
sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek
subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat
sepele, “pola” respon tersebut akan
dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang
penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia
merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya. penyakit
ketakutan (fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan
tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu.
Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya
kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari bahwa
kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa
mereka memiliki masalah.
d.
Agorafobia
Arti harfiah dari agorafobia adalah
takut akan keramaian atau tempat terbuka. secara lebih khusus agorafobia
menunjukkan ketakutan akan terperangkap, tanpa cara yang mudah untuk terlepas
bila kecemasan menyerang.
Keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita agoraphobia
adalah antri di bank atau pasar swalayan, duduk di tengah-tengah bioskop atau
ruang kelas dan mengendarai bis atau pesawat terbang. beberapa orang menderita
agorafobia setelah mengalami serangan panik pada salah satu keadaan tersebut.
yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan tidak pernah mengalami serangan
panik.
Agorafobia sering mempengaruhi
kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga penderita hanya diam di
dalam rumah. pengobatan terbaik untuk agorafobia adalah terapi
pemaparan, dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari,
mengendalikan dan tetap berhubungan dengan apa yang ditakutinya sampai
kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan
tersebut (proses ini disebut habituasi). Psikoterapi dilakukan
agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi
terjadinya kecemasan.
e.
Fobia
Spesifik
Fobia spesifik merupakan penyakit
kecemasan yang paling sering terjadi.
beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya. sebaliknya, banyak pendeita penyakit kecemasan yang mengalami hiperventilasi, yang menimbulkan perasaan akan pingsan, tetapi mereka tidak pernah benar-benar pingsan.
beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya. sebaliknya, banyak pendeita penyakit kecemasan yang mengalami hiperventilasi, yang menimbulkan perasaan akan pingsan, tetapi mereka tidak pernah benar-benar pingsan.
penderita seringkali dapat mengatasi fobia spesifik
dengan cara menghindari benda atau keadaan yang ditakutinya.
Terapi pemaparan merupakan
sejenis terapi perilaku dimana penderita secara bertahap dihadapkan kepada
benda atau keadaan yang ditakutinya. terapi ini merupakan pengobatan
terbaik untuk fobia spesifik.
Psikoterapi dilakukan
agar penderita memahami pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi
terjadinya fobia spesifik.
f.
Fobia Sosial
Kemampuan seseorang untuk menjalin
hubungan yang serasi dengan yang lainnya melibatkan berbagai aspek kehidupan,
termasuk hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan, hobi, kencan dan perjodohan. kecemasan
tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita fobia sosial
merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial
atau menghadapinya dengan penuh tekanan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
13% penduduk pernah mengalami fobia sosial. Keadaan-keadaan yang sering
memicu terjadi kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
- berbicara di depan umum
- tampil di depan umum (main
drama atau main musik)
-
makan di depan orang lain
- menandatangani dokumen
sebelum bersaksi
- menggunakan kamar mandi
umum.
-
penderita merasa penampilan atau aksi mereka tidak tepat.
mereka seringkali khawatir bahwa kecemasannya akan
tampak, sehingga mereka berkeringat, pipinya kemerahan, muntah, gemetaran atau
suaranya bergetar; jalan pikirannya terganggu atau tidak mampu menemukan
kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud mereka.
Jenis fobia sosial yang lebih umum ditandai dengan
kecemasan pada hampir seluruh situasi sosial. Penderita fobia sosial menyeluruh
biasanya merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka
akan merasa terhina atau dipermalukan. Beberapa orang memiliki rasa malu yang
wajar dan menunjukkan malu-malu pada masa kanak-kanak yang di kemudian hari
berkembang menjadi fobia sosial. yang lainnya mengalami kecemasan dalam situasi
sosial pertama kali pada masa pubertas.
fobia sosial sering menetap jika tidak diobati,
sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin mereka
ikuti. terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang
efektif untuk mengatasi fobia sosial.
Psikoterapi dilakukan
agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi
terjadinya fobia sosial.
Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :
§
hydrophobia — ketakutan akan air.
§
photophobia — ketakutan akan cahaya.
§
antlophobia — takut akan banjir.
§
cenophobia — takut akan ruangan yang kosong
2.3
Sebab – sebab Timbulnya Penderitaan
Penyebab
penderitaan banyak disebabkan oleh berbagai hal di bawah ini :
§
Hubungan tidak baik antara manusia dengan manusia yang
mengakibatkan penderitaan didasari rasa dengki, iri, sakit hati, kejam serta
alasan lain yang mendasari perbuatan buruk manusia lain terhadap sesama yang
dapat memicu penderitaan entah itu dari korban yang mengalami maupun pelaku
yang mengalami derita.
§
Hubungan tidak baik antara manusia dengan Alam yang
mengakibatkan bencana, kurangnya kesadaran manusia untuk merawat alam dan
bahkan manusia yang sengaja merusak alam dengan
§
Ketamakan hanya karena masalah uang sehingga terjadi
berbagai becana seperti Longsor.
§
Penderitaan karena cobaan, disini kita dituntut akan
kesetiaan kita melalui suatu cobaan dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan
meberikan suatu cobaan diluar kemampuan umat-Nya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Manusia
menjalani kehidupan didunia ini akan selalu mengalami dua hal
yang selalu silih berganti antara kebahagiaan / kesenangan dengan
penderitaaan / kesusahan. Penderitaan atau kesusahan itu merupakan ujian dari
Allah SWT yang telah menciptakan manusia, penderitaan itu dapat menimpah kepada
dua aspek dari manusia yaitu aspek jasmani dan aspek rohani, penderitaan dapat
berupa siksaan yaitu kebimbangan, kesepian dan ketakutan serta kekalutan mental
yang dapat membuat manusia menderita. Manusia akan lebih menghargai kebahagiaan
kalau manusia itu pernah merasakan penderitaan, karena ia merasakan bagaimana
rasanya menderita dan ternyata suatu penderitaan bukanlah sebuah hambatan
untuk meraih kesuksesan atau cita-cita, banyak kita temukan atau jumpai
ternyata seseorang yang menderita ternyata mempunyai semangat / kekuatan
baru dalam menjalani hidupnya (tahan banting), tergantung bagaimana
seseorang tersebut mengambil hikmah atau pelajaran dari segala bentuk
penderitaan yang dialaminya, contohnya : semula ia adalah seseorang yang hidup
sangat sederhana, yang setiap waktu biaya hidupnya hanya dari mengumpulkan
barang-barang bekas, tapi berkat keuletan dan semangatnya dalam menjalani hidup
ternyata dilain waktu hidupnya berubah, sekarang ia menjadi bos atau juragan,
dan berubahlah hidupnya sekarang, yang dahulunya penuh dengan kekurangan dan
penderitaan menjadi serba ada, dari contoh penderitaan diatas, ternyata sebuah
penderitaan itu tidak selamanya buruk, tergantung dari segi dan apa yang dapat
kita ambil dari suatu penderitaan tersebut.
3.2 Saran
Penderitaan
seharusnya tidak menjadi sebuah hambatan atau bumerang dalam menjalani
kehidupan, setiap langkah dalam hidup kita akan dimintakan pertanggung jawaban
oleh Allah SWT, untuk itu besar harapan dari kami untuk bersama-sama
mengintrospeksi diri serta mengambil pelajaran dari setiap musibah dan
penderitaan yang kita alami. Perlu diketahui bahwa Allah itu memberi suatu
cobaan sebatas kemampuan manusia itu sendiri. Dan setiap cobaan, musibah dan
penderitaan pasti semua ada hikmah yang dapat kita ambil, Serta yang utama kita
harus banyak-banyak bersyukur, serta melapangkan hati untuk senantiasa ikhlas
dalam menghadapi sebuah cobaan.
Penderitaan
yang dialami manusia dapat diatasi dengan cara banyak bersyukur atas nikmat dan
karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Dan juga bersosialisasi
dan mencari kawan tempat kita mencurahkan permasalahan dan penderitaan kita
serta penderitaan juga dapat dikurangi dengan banyak melakukan aktivitas yang
dapat menyibukan diri dan melupakan penderitaan yang tengah kita alami,
sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam
diri.
DAFTAR PUSTAKA
Supartono W,
Drs. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
TEMPO
Interaktif
Prof.
Abdulkadir Muhammad, S.H., 2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung: Citra Aditya
Bakti
Widyo
nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Gunadarma.
Dewi
Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan
Muchji
Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
[1] Drs, Supartono W., M.M, Ilmu Budaya Dasar,
hal.102
[3] Drs, Supartono W., M.M, Ilmu Budaya Dasar,
hal.107
[5] Dra. Kartini Kartono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar