Rabu, 10 Oktober 2018

MAKALAH MANUSIA DAN PENDERITAAN


MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR

“MANUSIA DAN PENDERITAAN”


Disusun oleh :
ZAKARIANTA ALFIANDA BERMANA

Kelas : 1EA08
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
MATA KULIAH ILMU BUDAYA DASAR
DOSEN : ARIYANTO SIKOM





KATA PENGANTAR
      Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia dan Penderitaan”. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar
            Dalam menyelesaikan makalah ini, saya mendapat bantuan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu sudah selayaknya saya mengucapkan terimakasih kepada teman – teman yang telah membantu proses penulisan makalah ini dengan penuh kesabaran dan perhatian.
Saya berharap semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.


                                                                                    Depok, 10 Oktober 2018



                                                                                                            Penyusun







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I.. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II  PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Pengertian Penderitaan ....................................................................  2
2.2 Pengertian Siksaan ...........................................................................  2
2.3 Sebab – sebab Timbulnya Penderitaan.............................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12













BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu ringan atau berat. Hidup tidaklah selalu bahagia Tuhan memiliki caranya sendiri untuk mengukur sebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di duniapun tidak selalu menderita, sedih, ataupun susah. Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan kesenangan duniawi manusia akan melupakan batasan-batasan yang ada, sehingga Tuhan akan memberikan cobaan untuk manusia tersebut yang membuatnya menderita.
Penderitaan selalu datang tidak terduga, manusia takkan pernah tahu kapan, jam berapa,  menit keberapa, dan detik keberapa penderitaan akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu menjalani hidupnya dengan sebaik-baiknya dengan aturan yang berlaku  sesuai kepercayaan yang dianutnya.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penderitaan? 
2. Apa yang dimaksud dengan siksaan?
3.
Apa saja yang menjadi masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis)?
4. Apa penyebab timbulnya Penderitaan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah :
1.      Mengetahui lebih jelas tentang penderitaan manusia
2.      Memahami pengertian dari penderitaan
3.      Memahami pengertian dari penderitaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penderitaan
Penderitaan adalah bahasa yang sering kita dengar. Penderitaan berasal  dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. penderitaan bisa bersifat lahir dan bersifat batin. Setiap manusia memiliki penderitaan yang berbeda –beda. Manusia dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah, depresi karena tekanan hidup, dan lain .
Dalam surat Al-Insyiqoq ayat 6 dinyatakan bahwa Manusia ialah makhluk yang hidup nya penuh perjuangan. Ayat tersebut dapat diartikan bahwa manusia harus bekerja keras untuk kelangsungan hidup nya yaitu dengan cara menghadapi alam, menghadapi manusia disekelilingnya dan tidak lupa untuk bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila manusia melalaikan salah satu nya akibatnya manusia akan menderita.

2.2 Pengertian Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya. Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatupemerintah. Masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis) yang akan diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar, antara lain :

a.        Kebimbangan
Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting yang ia tidak dapat menentukan pilihan yang mana yang akan diambil. Pada kasus banjir di Jakarta, banyak warga Jakarta mengalami kebimbangan, apakah saat banjir datang mereka mengungsi atau tetap berada dirumah sambil menunggu air surut, kebimbangan mereka antara lain disebabkan kecemasan akan aman atau tidaknya harta benda mereka jika ditinggal mengungsi, karena di Jakarta banyak orang-orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dan disatu sisi bahwa jika mereka tetap tinggal di rumah, mereka juga cemas jika banjir melanda rumah mereka berhari-hari dan ketersedian bahan makanan akan habis bagaimana dengan anak-anak mereka. Inilah contoh kebimbangan yang dialami warga Jakarta dan sekitarnya pada saat banjir melanda Jakarta dan sekitarnya pada beberapa bulan yang lalu, keadaan ini berpengaruh tidak baik baik orang yang lemah pikirannya, karena masalah kebimbangan akan lama dialami olehnya sehingga siksaan yang dirasakan olehnya pun menjadi berkepanjangan. Bagi orang yang kuat berfikir ia akan cepat mengambil keputusan dengan berdasarkan pertimbangan prioritas, prioritas pada kasus banjir di Jakarta dan sekitarnya adalah nyawa mereka dan anak-anak mereka bukan harta benda, karena harta benda dapat dicari / dibeli kembali tetapi nyawa mereka dan anak-anak mereka tak dapat kembali lagi.

b.        Kesepian
Kesepian dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, hal ini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.[4] Ini yang perlu dianalisa pertama kali. Perbedaan antara kesepian dengan kesendirian. Kesepian itu perasaan sepi. Sendirian itu ketika seseorang dalam keadaan sendiri. Kesepian bisa berarti seperti “tikus kelaparan di lumbung padi”. Banyak orang di sekitarnya tetapi tetap merasa sepi. Sedangkan sendirian dalam keadaan sendiri, tetapi tidak merasa sepi.
Pada kasus tsunami di Aceh pada Tanggal 26 Desember 2004, banyak orang Aceh yang mengalami kesepian, kesepian ini dikarenakan banyak orang-orang Aceh ditinggal mati keluarga dan orang yang mereka sayangi, mereka merasa kesepian bahkan sampai ada yang tak mau hidup lagi, karena mereka beranggapan hidup mereka tidak beguna lagi tanpa orang-orang yang mereka sayangi, hari-harinya mereka merasa kesepian walaupun ditengah orang yang ramai menghibur dirinya.
Seperti juga kebimbangan, kesepian perlu segera diatasi agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan batin. Solusi yang kami tawarkan adalah :
1.  Berfikir positif, Yakinlah semua yang telah menimpah manusia adalah berasal dari ketentuan Allah, ingatlah Allah SWT tidak pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan manusia, berdoa dan kembali lebih mendekatkan diri kepada Allah akan membuat hati (batin) tidak kesepian, karena Allah akan selalu bersama manusia dikala senang / bahagian maupun dikala duka / menderita.
2.   Sebagai homo socius, seorang perlu kawan untuk menghilangkan rasa kesepian, orang itu perlu cepat mencari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi yang dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami kawan lainnya.
3.   Selain mencari kawan, untuk menghilangkan rasa kesepian, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam dirinya.

c.         Ketakutan
Ketakutan (fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu.   Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya. penyakit ketakutan (fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. 
Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki masalah.

d.        Agorafobia 
Arti harfiah dari agorafobia adalah takut akan keramaian atau tempat terbuka. secara lebih khusus agorafobia menunjukkan ketakutan akan terperangkap, tanpa cara yang mudah untuk terlepas bila kecemasan menyerang.
Keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita agoraphobia adalah antri di bank atau pasar swalayan, duduk di tengah-tengah bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis atau pesawat terbang. beberapa orang menderita agorafobia setelah mengalami serangan panik pada salah satu keadaan tersebut. yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan tidak pernah mengalami serangan panik.
Agorafobia sering mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga penderita hanya diam di dalam rumah. pengobatan terbaik untuk agorafobia adalah terapi pemaparan, dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan dan tetap berhubungan dengan apa yang ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi terjadinya kecemasan.

e.         Fobia Spesifik
Fobia spesifik merupakan penyakit kecemasan yang paling sering terjadi.
beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya. sebaliknya, banyak pendeita penyakit kecemasan yang mengalami hiperventilasi, yang menimbulkan perasaan akan pingsan, tetapi mereka tidak pernah benar-benar pingsan.
penderita seringkali dapat mengatasi fobia spesifik dengan cara menghindari benda atau keadaan yang ditakutinya.
Terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku dimana penderita secara bertahap dihadapkan kepada benda atau keadaan yang ditakutinya.  terapi ini merupakan pengobatan terbaik untuk fobia spesifik.
Psikoterapi dilakukan agar penderita memahami pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi terjadinya fobia spesifik.
f.         Fobia Sosial
Kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang serasi dengan yang lainnya melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan, hobi, kencan dan perjodohan. kecemasan tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita fobia sosial merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan. 
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 13% penduduk pernah mengalami fobia sosial. Keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
-  berbicara di depan umum
-  tampil di depan umum (main drama atau main musik)
-  makan di depan orang lain
-  menandatangani dokumen sebelum bersaksi
-  menggunakan kamar mandi umum.
-  penderita merasa penampilan atau aksi mereka tidak tepat.
mereka seringkali khawatir bahwa kecemasannya akan tampak, sehingga mereka berkeringat, pipinya kemerahan, muntah, gemetaran atau suaranya bergetar; jalan pikirannya terganggu atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud mereka.
Jenis fobia sosial yang lebih umum ditandai dengan kecemasan pada hampir seluruh situasi sosial. Penderita fobia sosial menyeluruh biasanya merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan merasa terhina atau dipermalukan. Beberapa orang memiliki rasa malu yang wajar dan menunjukkan malu-malu pada masa kanak-kanak yang di kemudian hari berkembang menjadi fobia sosial. yang lainnya mengalami kecemasan dalam situasi sosial pertama kali pada masa pubertas.
fobia sosial sering menetap jika tidak diobati, sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin mereka ikuti. terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang efektif untuk mengatasi fobia sosial.
Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi terjadinya fobia sosial.
Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :
§     afrophobia — ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
§    caucasophobia — ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
§    hydrophobia — ketakutan akan air.
§    photophobia — ketakutan akan cahaya.
§    antlophobia — takut akan banjir.
§    cenophobia — takut akan ruangan yang kosong

2.3 Sebab – sebab Timbulnya Penderitaan
Penyebab penderitaan banyak disebabkan oleh berbagai hal di bawah ini :
§  Hubungan tidak baik antara manusia dengan manusia yang mengakibatkan penderitaan didasari rasa dengki, iri, sakit hati, kejam serta alasan lain yang mendasari perbuatan buruk manusia lain terhadap sesama yang dapat memicu penderitaan entah itu dari korban yang mengalami maupun pelaku yang mengalami derita.
§  Hubungan tidak baik antara manusia dengan Alam yang mengakibatkan bencana, kurangnya kesadaran manusia untuk merawat alam dan bahkan manusia yang sengaja merusak alam dengan
§  Ketamakan hanya karena masalah uang sehingga terjadi berbagai becana seperti Longsor.
§  Penderitaan karena cobaan, disini kita dituntut akan kesetiaan kita melalui suatu cobaan dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan meberikan suatu cobaan diluar kemampuan umat-Nya.








BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Manusia menjalani  kehidupan didunia ini  akan selalu mengalami dua hal yang  selalu silih berganti antara kebahagiaan / kesenangan dengan penderitaaan / kesusahan. Penderitaan atau kesusahan itu merupakan ujian dari Allah SWT yang telah menciptakan manusia, penderitaan itu dapat menimpah kepada dua aspek dari manusia yaitu aspek jasmani dan aspek rohani, penderitaan dapat berupa siksaan yaitu kebimbangan, kesepian dan ketakutan serta kekalutan mental yang dapat membuat manusia menderita. Manusia akan lebih menghargai kebahagiaan kalau manusia itu pernah merasakan penderitaan, karena ia merasakan bagaimana rasanya menderita dan ternyata  suatu penderitaan bukanlah sebuah hambatan untuk meraih kesuksesan atau cita-cita,  banyak kita temukan atau jumpai ternyata seseorang yang menderita ternyata mempunyai semangat / kekuatan  baru dalam menjalani hidupnya (tahan banting), tergantung bagaimana seseorang tersebut mengambil hikmah atau pelajaran dari segala bentuk penderitaan yang dialaminya, contohnya : semula ia adalah seseorang yang hidup sangat sederhana, yang setiap waktu biaya hidupnya hanya dari mengumpulkan barang-barang bekas, tapi berkat keuletan dan semangatnya dalam menjalani hidup ternyata dilain waktu hidupnya berubah, sekarang ia menjadi bos atau juragan, dan berubahlah hidupnya sekarang, yang dahulunya penuh dengan kekurangan dan penderitaan menjadi serba ada, dari contoh penderitaan diatas, ternyata sebuah penderitaan itu tidak selamanya buruk, tergantung dari segi dan apa yang dapat kita ambil dari suatu penderitaan tersebut.



3.2 Saran
Penderitaan seharusnya tidak menjadi sebuah hambatan atau bumerang dalam menjalani kehidupan, setiap langkah dalam hidup kita akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah SWT, untuk itu besar harapan dari kami untuk bersama-sama mengintrospeksi diri serta mengambil pelajaran dari setiap musibah dan penderitaan yang kita alami. Perlu diketahui bahwa Allah itu memberi suatu cobaan sebatas kemampuan manusia itu sendiri. Dan setiap cobaan, musibah dan penderitaan pasti semua ada hikmah yang dapat kita ambil, Serta yang utama kita harus banyak-banyak bersyukur, serta melapangkan hati untuk senantiasa ikhlas dalam menghadapi sebuah cobaan.
Penderitaan yang dialami manusia dapat diatasi dengan cara banyak bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Dan juga bersosialisasi dan mencari kawan tempat kita mencurahkan permasalahan dan penderitaan kita serta penderitaan juga dapat dikurangi dengan banyak melakukan aktivitas yang dapat menyibukan diri dan melupakan penderitaan yang tengah kita alami, sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam diri.
     











DAFTAR PUSTAKA
Supartono W, Drs. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
TEMPO Interaktif
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., 2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung: Citra Aditya Bakti
Widyo nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Gunadarma.
Dewi Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan
kebudayaan/. 1 Oktober 2013
Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah
UniversitasGunadarma.Depok
[1] Drs, Supartono W., M.M, Ilmu Budaya Dasar, hal.102
[2] Drs, Supartono W., M.M, Ilmu Budaya Dasar, hal.106
[3] Drs, Supartono W., M.M, Ilmu Budaya Dasar, hal.107
[5] Dra. Kartini Kartono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ZAKARIANTA ALFIANDA_17218574

SEJARAH KOPERASI 1.SEJARAH KOPERASI DI DUNIA di mulai pada abad 18 dan awal pada abad 19 di inggris.lembaga ini sering disebut dengan ...